Jumat, 18 Mei 2012

Sistem Dispersi dan Sistem Koloid



KOLOID
Untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Kimia
















Disusun Oleh:

Cepi Maulana Hidayat
Nida Luthfiyani
Sani Nurhikmah
Silvi Zainatus Sholihah
Waris Hendarsah

     Kelas : XI IPA 3











MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 GARUT
Tahun Ajaran 2011/2012
A.   Sistem Dispersi

Bila suatu zat dicampurkan dengan zat ain, maka akan terjadi penebaran secara merata dari suatu zat ke zat lain yang disebut dengan sistem dispersi. Tepung kanji bila dimasukkan ke dalam air panas maka akan membentuk sistem dispersi, dengan air sebagai “medium pendispersi” dan tepung kanji disebut “zat pendispersi”.
Berdasarkan ukuran partikelnya, sistem dispersi dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu larutan, koloid, dan suspensi. Secara aepintas perbedaan antara suspensi (sering disedbut suspensi kasar) dengan larutan (sering disebut larutan sejati) akan tampak jelas dari homogenitasnya, tetapi akan sulit dibedakan antara larutan dengan koloid atau antara koloid dengan suspensi kasar.

1.      Suspensi
http://mariyam1chemist.files.wordpress.com/2010/05/suspensi.jpg?w=300&h=240Merupakan suatu sistem dispersi dengan partikel yang berukuran relative besar tersebar merata di dalam medium pendispersinya. Pada umumnya sistem dispersi merupakan campuran yang heterogen.Sebagai contoh adalah endapan hasil reaksi atau pasir yang dicampur dengan air. Dalam sistem dispersi tersebut partikel-partikel terdispersi dapat diamati dengan mikroskop atau bahkan dengan mata telanjang.
Suspensi merupakan sistem disperse yang tidak stabil, sehingga bila tidak diaduk secara terus menerus akan mengendap akibat gaya gravitasi bumi. Cepat lambatnya suspensi mengendap tergantung besar kecilnya ukuran partikel zat terdispersi. Semakin besar ukuran partikel tersuspensi semakin cepat proses pengendapan terjadi. Pemisahan suspensi dapat dilakukan dengan proses penyaringan (filtrasi).Contoh suspensi adalah pengendapan Fe(OH)3.

2.      Larutan
http://mariyam1chemist.files.wordpress.com/2010/05/larutan.png?w=259&h=300Larutan merupakan sistem disperse yang ukuran partikel-partikelnya sangat kecil  sehingga tidak dapat dibedakan (diamati) antara partikel pendispersi dengan partikel terdispersi walaupun menggunakan mikroskop dengan tingkat pembesaran yang tinggi (mikroskop ultra).
Tingkatan ukuran partikel larutan adalah molekul atau ion-ion sehingga larutan merupakan campuran yang homogen dan sukar dipisahkan dengan penyaringan dan sentrifuge.
Oleh karena ukuran partikel zat terdispersi dengan medium pendispersinya hampir sama maka sifat zat terdispersi dalam larutan akan terpengaruh (berubah) dengan adanya zat terdispersi. Bila ke dalam air ditambahkan garam dapur maka air akan membeku dibawah 00­­­C, semakin banyak garam yang ditambahkan semakin besar penurunan titik bekunya.

3.      Koloid
Koloid berasal dari kata “kolia” yang dalam bahasa Yunani berarti “lem”. Koloid merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 – 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak dijumpai pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).
Beberapa koloid dapat terpisah bila didiamkan dalam waktu yang relatif lama meskipun tidak semuanya, misalnya koloid belerang dalam air dan santan. Beberapa koloid lain yang sukar terpisah misalnya lem, cat dan tinta.
Perbedaan secara umum antara suspensi, koloid da larutan dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Perbedaan Umum Sistem Dispersi Suspensi, Koloid dan Larutan
Perbedaan
Suspensi
Koloid
Larutan
Ukuran Partikel
>100 nm
1-100 nm
< 100 nm
Penampilan fisis
Keruh
Pertikel terdispersi dapat diamati langsung dengan mata telanjang
Keruh-jernih
Partikel terdispersi hanya dapat diamati dengan mikroskop ultra
Jernih
Partikel terdispersi dapat diamati dengan mikroskop ultra.
Kestabilan(bila didiamkan)
Mudah terpisah (mengendap)
Sukar terpisah (relatif stabil)
Tidak terpisah (sangat stabil)
Cara pemisahan
Filtrasi (disaring)
Tidak dapat disaring
Tidak dapat disaring

B.   Sistem Koloid

1.      Pengertian Koloid
Koloid adalah system disperse dengan ukuran partikel yang lebih besar dari larutan tapi lebih kecil dari suspensi sehingga tidak dapat diamati dengan mata telanjang.
Koloid memiliki bentuk bermacam-macam, tergantung dari fasa zat pendispersi dan zat terdispersinya. Sistem dispersi koloid dapat terjadi dari dispersi zat padat, cair atau gas ke dalam zat pendispersi dalam fase padat, cair atau gas. Beberapa jenis koloid:
Fase Terdispersi
Medium Pendispersi
Jenis Koloid
Contoh
Gas
Cair
Buih
Busa sabun, Krim kocok
Gas
Padat
Buih padat
Batu apung, Karet Busa
Cair
Gas
Aerosol cair
Kabut, Awan
Cair
Cair
emulsi
Susu, santan
Cair
Padat
Emulsi padat
Mentega, Keju
Padat
Gas
Aerosol padat
Asap, debu
Padat
Cair
Sol
Sol, tinta
Padat
Padat
Sol padat
Gelas berwarna, intan hitam

2.      Jenis-Jenis Koloid
1)      Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut Aerosol Padat, jika zat yang terdispersi berupa zat cair disebut Aeroso Cair. contoh aerosol padat asap dan debu dalam udara. Contoh aerosol cair kabut dan awan.
Dewasa ini banyak produk dibuar dalam bentuk seperti hairspray, obat nyamuk semprot, parfume, cat semprot, dll.
2)      Sol (fase terdispersi padat)
Sol adalah system koloid dengan fase terdispersi padat dalam medium pendispersi cair. berdasarkan sifat adsorpsi, fase terdispersi terhadap medium pendispersinya, sol dibagi menjadi 2, yaitu:
a)      Sol Liofil. Liofil artinya suka pada pelarutnya atau cairan, jadi sol liofil adalah sol dengan fase terdispersi yang suka pada cairannya atau medium pendispersinya. Sil liofil atau koloid liofil biasanya agak kental dibandingkan dengan medium pendispersinya. Hal ini disebabkan karena sifat suka sol liofil pada medium pendispersinya sehingga partikel-partikel medium yang ditarik oleh partikel-partikel fase terdispersi sangat banyak dan akan membentuk suatu kumpulan raksasa. Pada umumnya koloid liofil terdiri atas zat-zat organic misalnya lem karet, kanji dan sabun. Sol liofil dengan medium air disebut Hidrofil.
b)      Sol Liofob. Liofob artinya kebalikan dari  liofil yang suka pada cairan atau medium pendispersinya. Maka sol liofob anti pada cairan. Berbeda dengan sol liofil yang kental, sol liofob mempunyai kekentalan hamper sama dengan medium pendispersinya. Koloid liofob biasanya terdiri atas zat anorganik. Seperti sol AgCl, sol Ca CO3 dsb.sol liofob dengan medum air disebut dengan sol Hidrofob, atau koloid Hidrofob.

3)      Emulsi (fase terdispersi cair)
Emulsi adalah system koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair. cara terjadinya emulsi ini adalah dua jenis zat cair itu tidak saling melarutkan. Emulsi dapat digolongkan dalam 2 bagian, yaitu : emulsi minyak dalam air dan emulsi air di dalam minyak. Dalam hal ini minyak diartikan sebagai semua zat cair yang tidak menyatu dengan air. Contoh emulsi minyak dalam air: santan, susu, kosmetik pembersih wajah, dan latex. Contoh emulsi air dalam minyak: mayoneis, mentega, minyak bumi dan minyak ikan. Beberapa bentuk emulsi:
a)      Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat
Contoh: Jelly, keju, mentega, nasi
b)      Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair
Contoh: susu, mayones, krim tangan
c)      Emulsi gas adalah emulsi dalam medium pendispersi gas
Contoh: hairspray dan obat nyamuk

4)      Buih (fase terdispersi gas)
Buih adalah system koloid dari gas, yang terdispersi dalam zat cair. seperti halnya dengan emulsi, untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih, misalnya sabun, detergen, dan protein. Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas kedalam zat cair yang mengandung pembuih.
Buih digunakan pada berbagai proses misalnya buih sabun dalam pengolahan logam, pada alat pemadam kebakaran, dll. Ada kalanya buih tidak dikehendaki. Zat-zat yang dapat mencegah dan memecah buih antara lain: etter, isoamil alcohol, dll. Beberapa bentuk Buih:
a. Buih padat adalah buih dalam medium pendispersi padat
Contoh: Batu apung, marshmallow, karet busa, Styrofoam
b. Buih cair adalah buih dalam medium pendispersi cair
Contoh: putih telur yang dikocok, busa sabun
- Untuk pengelompokan buih, jika fase terdispersi dan medium pendispersi sama-sama berupa gas, campurannya tergolong larutan


5)      Gel
Gel adalah koloid yang setengah kaku antara padat dan cair. contoh: agar-agar, lem kaji, selai, gelatin, gel sabun dan gel silica. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang zat terdispersinya mengadsorpbi medium dispersinya, sehingga terjadi koloid yang agak padat.

3.      Sifat – Sifat Koloid

1)      Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.

2)      Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas( dinamakan gerak brown), sedangkan pada zat padat hanya beroszillasi di tempat ( tidak termasuk gerak brown ). Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair dengan zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.

3)      Adsorpsi
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan muatan oleh permukaan-permukaan partikel koloid. Adsorpsi terjadi karena adanya kemampuan partikel koloid untuk menarik (ditempeli) partikel-partikel. Hal ini disebabkan oleh adanya tegangan permukaan koloid yang cukup tinggi sehingga bila ada partikel yang menempel akan cenderung dipertahankan pada permukaannya.
Bila partikel koloid menyerap ion positif maka koloid tersebut akan bermuatan positif dan sebaliknya. Partikel koloid dapat mengadsorpsi bukan hanya ion atau hanya muatan listrik tetapi juga zat lain yang berupa molekul netral.
Beberapa contoh pemanfaatan sifat adsorpsi koloid, antara lain:
-          Penyembuhan sakit perut atau diare dengan serbuk karbon atau oralit.
-          Serbuk karbon atau oralit di dalam usus dapat membentuk system koloid yang mampu menyerap atau mengadsorpsi dan membunuh bakteri-bakteri patigen.
-          Penjernihan air dengan tawas: Larutan tawas akan membentuk koloid Al(OH)3 yang akan mengadsorpsi kotoran kotoran sehingga terjadi gumpalan yang akan mengendap.
-          Pernjernihan cairan Tebu pada pembuatan gula pasir menggunakan tanah diatoma dan arang tulang agar warna gula pasir menjadi putih.

4)      Elektroforesis
Partikel-partikel koloid umumnya bermuatan sehingga dapat dipengaruhi oleh medan listrik. Apabila kedalam sistem koloid dimasukkan sepasang elektroda yang dihubungkan dengan sumber arus listrik searah, maka partikel-pertikel koloid akan bergerak ke elektroda-elektroda tersebut. Partikel koloid yang bermuatan positif akan menuju katoda (elektroda negatif) dan partikel yang bermuatan negatif akan menuju anoda (elektroda positif). Pada kedua elektroda ini partikel koloid akan dinetralkan. Peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan menggunakan arus listrik disebut elektroforesis. Telah disinggung pada pembahasan sebelumnya, elektroforesis merupakan peristiwa pergerakan partikel koloid yang bermuatan ke salah satu elektroda dalam suatu sistem sejenis elektrolisis.
Elektroforesis dapat digunakan untuk mendeteksi muatan suatu sistem koloid. Jika koloid bergerak menuju elektroda positif maka koloid yang dianalisa mempunyai muatan negatif. Begitu juga sebaliknya, jika koloid bergerak menuju elektroda negatif maka koloid yang dianalisa mempunyai muatan positif. Salah satu proses yang menggunakan sistem elektroforesis adalah proses membersihkan asap dalam suatu industri dengan menggunakan alat Cottrell. Penggunaan elektroforesis tidak hanya sebatas itu, melainkan meluas untuk memisahkan partikel yang termasuk dalam ukuran koloid, antara lain pemisahan protein yang mempunyai muatan yang berbeda.

5)      Koagulasi
Koagulasi adalah Partikel-partikel koloid yang bersifat stabil karena memiliki muatan listrik sejenis. Apabila muatan listrik itu hilang , maka partikel koloid tersebut akan bergabung membentuk gumpalan. Proses penggumpalan partikel koloid dan pengendapannya disebut Koagulasi. Koagulasi pada koloid disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
a)      Peristiwa mekanis, yang disebabkan pemanasan, pendinginan, dan pengadukan. Proses tersebut akan mengurangi jumlah ion atau molekul air disekitar koloid sehingga partikel koloid satu dengan lainnya akan bergabung membentuk partikel yang lebih besar, selanjutnya partikel ini akan mengendap.
b)      Peristiwa kimia, yakni dengan menambahkan zat-zat kimia atau zat-zat elektrolit.
·         Pencampuran koloid yang berbeda muatan.
Bila system koloid bebrbeda muatan akan dicampurkan akan terjadi koagulasi, kemudian kedua partikel koloid saling menetralkan.
·         Penambahan elektrolit.
Koloid yang bermuatan ion postif (kation), sedangkan koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negatif (anion). Ion-ion tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua. Apabila kedua selubung itu dekat, maka selubung itu akan menetralkan muatan koloid sehingga terjadi koagulasi. Makin besar muatan ion makin kuat daya tarik-menariknya dengan partikel koloid, sehingga makin cepat terjadi koagulasi.
Beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan industry:
o   Pembentukan delta di muara sungai terjadi karena koloid tanah liat (lempung) dalam air sungai mengalami koagulasiketika bercampur dengan elektrolit dalam air larut.
o   Karet dalam lateks digumpalkan dengan menambahkan asam format.
o   Lumpur koloidal dalam air sungai dapat digumpalkan dengan menambahkan tawas. Sol tanah liat dalam air sungai biasanya bermuatan negatif, sehingga akan digumpalkan oleh ion Al3+ dari tawas (alumunium sulfat).
o   Asap atau debu dari pabrik/industri dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik dari Cottrel, Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui ujung-ujung logam yang tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 sampai 75.000 volt). Ujung-ujung yang runcing akan mengionkan molekul-molekul dalam udara. Ion-ion tersebut akan diadsorbsi (penyerapan) oleh partikel asap dan menjadi bermuatan. Selanjutnya, partikel akan tertarik dan diikat pada electrode yang lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak digunakan dalam industri untk dua tujuan, yaitu mencegah polusi udara oleh buangan beracun atau memperoleh kembali debu yang berharga (misalnya debu logam).

4.      Kestabilan Koloid
Koloid kurang stabil bila dibandingkan dengan larutan. Beberapa cara dapat dilakukan untuk mengatur tingkat kestabilan koloid sehingga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

1)      koloid pelindung
adalah koloid yang ditambah kedalam sistim koloid agar menjadi stabil. Cara kerja koloid pelindung adalah dengan membentuk lapisan disekeliling partikel koloid yang dilindungi. Misalnya penambahan gelatindalam bentuk es krim untuk mencegah pembekuan Kristal besar es atau gula. Koloid pelindung pada emulsi disebut emulgator, tujuan penambahan zat ini untuk menjaga agar zat pendispersi dan zat terdispersi tidak mudah terpisah. Misalnya penambahan sabun kedalam campuran minyak dan air atau penambahan ammonia dalam pembuatan emulsi pada kertas film.

2)      Dialisis
Dialisis adalah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu. Prinsip dialisis atau pemisahan koloid dari ion-ion penganggu ini didasarkan pada perbedaan laju transport partikel. Proses Dialisis Koloid sangatlah sederhana. Koloid yang akan didialisis dimasukan kedalam sebuah kantong yang terbuat dari selaput semipermeabel. Jika kantong berisi koloid tersebut kemudian dimasukan ke dalam sebuah tempat berisi air yang mengalir, maka ion-ion penganggu akan menembus selaput semipermeabel bersama air dan yang tinggal selaput semipermeabel hanyalah koloid yang telah dimurnikan.
Contoh paling mudah dari proses dialisis koloid adalah proses pencucian darah bagi pasien gagal ginjal. Gagal ginjal adalah penyakit dimana ginjal tidak berfungsi dengan baik. Dalam tubuh, ginjal berfungsi sebagai alat dialisis darah. Dimana didalam ginjal dilakukan penyaringan dan pemisahan darah dari zat-zat yang penganggu dan bahan buangan lainnya. Jika ginjal tidak berfungsi dengan baik, maka diperlukan alat buatan yang dapat mendialisis darah secara buatan dengan alat yang disebut mesin pencuci darah atau mesin Dialisator.

5.      Pembuatan Sistem Koloid
Karena ukuran partikel koloid terletak antara partikel larutan sejati dan larutan suspensi, maka koloid dapat dibuat dengan 2 cara, yaitu cara kondensasi dan disperse.

1)      Cara kondensasi
Kondensasi adalah cara pembuatan koloid dari partikel kecil (larutan) menjadi partikel koloid. Proses kondensasi ini didasarkan atas reaksi kimia; yaitu melalui reaksi redoks, reaksi hidrolisis, dekomposisi rangkap, dan pergantian pelarut.

a)      Reaksi Redoks
Contoh
-          Pembuatan sol belerang dari reaksi redoks antara gas H 2S dengan larutan SO2. Persamaan reaksinya: 2 H 2 S (g) + SO 2 (aq) →2 H 2 O (l) + 3 S (s) sol belerang
-          Pembuatan sol emas dari larutan AuCl 3 dengan larutan encer formalin (HCHO). Persamaan reaksinya:
2 AuCl 3(aq) + 3 HCHO (aq) + 3H 2 O (l) 2 Au (s) + 6HCl (aq) + 3 HCOOH (aq) sol emas

b)      Reaksi Hidrolisis
Contoh:
-          pembuatan sol Fe(OH) 3 dengan penguraian garam FeCl 3 Persamaan reaksinya adalah: mengunakan air mendidih.
FeCl 3 (aq) + 3 H 2 O (l) Fe(OH) 3 (s) + 3 HCl ( aq) sol Fe(OH) 3

c)      Reaksi Dekomposisi Rangkap
Contoh
-          Pembuatan sol As 2 S 3, dibuat dengan mengalirkan gas H 2 S dan asam arsenit (H 3 AsO 3 ) yang encer. Persamaan reaksinya:
2 H 3 AsO 3 (aq) + 3 H 2 S (g) As 2 S 3 (s) + 6H 2 O (l) sol As 2 S 3
-          Pembuatan sol AgCl dari larutan AgNO 3 dengan larutan NaCl encer. Persamaan reaksinya: AgNO 3 (aq) + NaC1 (aq) AgCl (s) + NaNO 3 (aq) Sol AgCl

d)      Reaksi Pergantian Pelarut
Contoh:  pembuatan sol belerang dari larutan belerang dalam alkohol ditambah dengan air. Persamaan reaksinya:
S (aq) + alkohol + air S (s) Larutan S sol belerang

e)      Cara Mekanik Fisika
Cara ini dilakukan dengan menurunkan kelarutan zat terlarut dengan cara mengubah pelarut atau dengan mendinginkan pelarut. Contoh : sol belerang dalam air dapat dibuat dengan melarutkan belerang dalam alkohol, kemudian larutan yang terjadi diteteskan ke dalam air sedikit demi sedikit. Selain itu juga dapat dibuat dengan jalan melarutkan serbuk belerang ke dalam air panas, kemudian didinginkan sehingga akan terbentuk sol.

2)      Dispersi
Dispersi adalah pembuatan partikel koloid dari partikel kasar (suspensi). Pembuatan koloid dengan dispersi meliputi: cara mekanik, peptisasi, busur Bredig, dan ultrasonik.

a)      Proses Mekanik
Proses mekanik adalah proses pembuatan koloid melalui penggerusan atau penggilingan (untuk zat padat) serta dengan pengadukan atau pengocokan (untuk zat cair). Setelah diperoleh partikel yang ukurannya sesuai dengan ukuran koloid, kemudian didispersikan ke dalam medium (pendispersinya). Contoh, pembuatan sol belerang.

b)      Peptisasi
Peptisasi adalah cara pembuatan koloid dengan menggunakan zat kimia (zat elektrolit) untuk memecah partikel besar (kasar) menjadi partikel koloid. Contoh, proses pencernaan makanan dengan enzim dan pembuatan sol belerang dari endapan nikel sulfida, dengan mengalirkan gas asam sulfida.

c)      Busur Bredig
Busur Bredig ialah alat pemecah zat padatan (logam) menjadi partikel koloid dengan menggunakan arus listrik tegangan tinggi. Caranya adalah dengan membuat logam, yang hendak dibuat solnya, menjadi dua kawat yang berfungsi sebagai elektrode yang dicelupkan ke dalam air; kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua ujung kawat. Logam sebagian akan meluruh ke dalam air sehingga terbentuk sol logam. Contoh, pembuatan sol logam.

d)      Suara Ultrasonik
Cara ini hampir sama dengan cara busur Bredig, yaitu sama-sama untuk pembuatan sol logam. Ka1au busur Bredig menggunakan arus listrik tegangan tinggi, maka cara ultrasonik menggunakan energi bunyi dengan frekuensi sangat tinggi, yaitu di atas 20.000 Hz.