KOLOID
Untuk memenuhi salah satu tugas mata
pelajaran Kimia
Disusun Oleh:
Cepi Maulana Hidayat
Nida Luthfiyani
Sani Nurhikmah
Silvi Zainatus Sholihah
Waris Hendarsah
Kelas : XI IPA 3
MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 GARUT
Tahun Ajaran 2011/2012
A. Sistem Dispersi
Bila suatu zat dicampurkan dengan
zat ain, maka akan terjadi penebaran secara merata dari suatu zat ke zat lain
yang disebut dengan sistem dispersi.
Tepung kanji bila dimasukkan ke dalam air panas maka akan membentuk sistem
dispersi, dengan air sebagai “medium pendispersi” dan tepung kanji disebut “zat
pendispersi”.
Berdasarkan ukuran partikelnya,
sistem dispersi dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu larutan, koloid, dan
suspensi. Secara aepintas perbedaan antara suspensi (sering disedbut suspensi
kasar) dengan larutan (sering disebut larutan sejati) akan tampak jelas dari
homogenitasnya, tetapi akan sulit dibedakan antara larutan dengan koloid atau
antara koloid dengan suspensi kasar.
1. Suspensi
Merupakan
suatu sistem dispersi dengan partikel yang berukuran relative besar tersebar
merata di dalam medium pendispersinya. Pada umumnya sistem dispersi merupakan
campuran yang heterogen.Sebagai contoh adalah endapan hasil reaksi atau pasir
yang dicampur dengan air. Dalam sistem dispersi tersebut partikel-partikel
terdispersi dapat diamati dengan mikroskop atau bahkan dengan mata telanjang.
Suspensi merupakan sistem disperse
yang tidak stabil, sehingga bila tidak diaduk secara terus menerus akan
mengendap akibat gaya gravitasi bumi. Cepat lambatnya suspensi mengendap
tergantung besar kecilnya ukuran partikel zat terdispersi. Semakin besar ukuran
partikel tersuspensi semakin cepat proses pengendapan terjadi. Pemisahan
suspensi dapat dilakukan dengan proses penyaringan (filtrasi).Contoh suspensi
adalah pengendapan Fe(OH)3.
2.
Larutan
Larutan
merupakan sistem disperse yang ukuran partikel-partikelnya sangat kecil sehingga
tidak dapat dibedakan (diamati) antara partikel pendispersi dengan partikel
terdispersi walaupun menggunakan mikroskop dengan tingkat pembesaran yang
tinggi (mikroskop ultra).
Tingkatan ukuran partikel larutan
adalah molekul atau ion-ion sehingga larutan merupakan campuran yang homogen
dan sukar dipisahkan dengan penyaringan dan sentrifuge.
Oleh karena ukuran partikel zat
terdispersi dengan medium pendispersinya hampir sama maka sifat zat terdispersi
dalam larutan akan terpengaruh (berubah) dengan adanya zat terdispersi. Bila ke
dalam air ditambahkan garam dapur maka air akan membeku dibawah 00C,
semakin banyak garam yang ditambahkan semakin besar penurunan titik bekunya.
3. Koloid
Koloid berasal dari kata “kolia”
yang dalam bahasa Yunani berarti “lem”. Koloid merupakan suatu bentuk
campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki
ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 – 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak
terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak
dijumpai pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).
Beberapa koloid dapat terpisah bila
didiamkan dalam waktu yang relatif lama meskipun tidak semuanya, misalnya
koloid belerang dalam air dan santan. Beberapa koloid lain yang sukar terpisah
misalnya lem, cat dan tinta.
Perbedaan secara umum antara
suspensi, koloid da larutan dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Perbedaan
Umum Sistem Dispersi Suspensi, Koloid dan Larutan
|
|||
Perbedaan
|
Suspensi
|
Koloid
|
Larutan
|
Ukuran Partikel
|
>100 nm
|
1-100 nm
|
< 100 nm
|
Penampilan fisis
|
Keruh
Pertikel terdispersi dapat diamati
langsung dengan mata telanjang
|
Keruh-jernih
Partikel terdispersi hanya dapat
diamati dengan mikroskop ultra
|
Jernih
Partikel terdispersi dapat diamati
dengan mikroskop ultra.
|
Kestabilan(bila didiamkan)
|
Mudah terpisah (mengendap)
|
Sukar terpisah (relatif stabil)
|
Tidak terpisah (sangat stabil)
|
Cara pemisahan
|
Filtrasi (disaring)
|
Tidak dapat disaring
|
Tidak dapat disaring
|
B. Sistem
Koloid
1. Pengertian
Koloid
Koloid adalah system disperse dengan
ukuran partikel yang lebih besar dari larutan tapi lebih kecil dari suspensi
sehingga tidak dapat diamati dengan mata telanjang.
Koloid memiliki bentuk
bermacam-macam, tergantung dari fasa zat pendispersi dan zat terdispersinya. Sistem dispersi
koloid dapat terjadi dari dispersi zat padat, cair atau gas ke dalam zat
pendispersi dalam fase padat, cair atau gas. Beberapa jenis koloid:
Fase Terdispersi
|
Medium Pendispersi
|
Jenis Koloid
|
Contoh
|
Gas
|
Cair
|
Buih
|
Busa
sabun, Krim kocok
|
Gas
|
Padat
|
Buih
padat
|
Batu
apung, Karet Busa
|
Cair
|
Gas
|
Aerosol
cair
|
Kabut,
Awan
|
Cair
|
Cair
|
emulsi
|
Susu,
santan
|
Cair
|
Padat
|
Emulsi
padat
|
Mentega,
Keju
|
Padat
|
Gas
|
Aerosol
padat
|
Asap,
debu
|
Padat
|
Cair
|
Sol
|
Sol,
tinta
|
Padat
|
Padat
|
Sol
padat
|
Gelas
berwarna, intan hitam
|
2.
Jenis-Jenis Koloid
1)
Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat yang
terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat
padat, disebut Aerosol Padat, jika
zat yang terdispersi berupa zat cair disebut Aeroso Cair. contoh aerosol padat asap dan debu dalam udara. Contoh
aerosol cair kabut dan awan.
Dewasa ini banyak produk dibuar dalam bentuk seperti hairspray, obat
nyamuk semprot, parfume, cat semprot, dll.
2) Sol (fase terdispersi
padat)
Sol adalah system koloid dengan fase terdispersi padat dalam medium
pendispersi cair. berdasarkan sifat adsorpsi, fase terdispersi terhadap medium
pendispersinya, sol dibagi menjadi 2, yaitu:
a) Sol
Liofil.
Liofil artinya suka pada pelarutnya atau cairan, jadi sol liofil adalah sol
dengan fase terdispersi yang suka pada cairannya atau medium pendispersinya.
Sil liofil atau koloid liofil biasanya agak kental dibandingkan dengan medium
pendispersinya. Hal ini disebabkan karena sifat suka sol liofil pada medium
pendispersinya sehingga partikel-partikel medium yang ditarik oleh
partikel-partikel fase terdispersi sangat banyak dan akan membentuk suatu
kumpulan raksasa. Pada umumnya koloid liofil terdiri atas zat-zat organic
misalnya lem karet, kanji dan sabun. Sol liofil dengan medium air disebut
Hidrofil.
b) Sol Liofob. Liofob artinya kebalikan dari
liofil yang suka pada cairan atau medium pendispersinya. Maka sol liofob
anti pada cairan. Berbeda dengan sol liofil yang kental, sol liofob mempunyai
kekentalan hamper sama dengan medium pendispersinya. Koloid liofob biasanya
terdiri atas zat anorganik. Seperti sol AgCl, sol Ca CO3 dsb.sol
liofob dengan medum air disebut dengan sol Hidrofob, atau koloid Hidrofob.
3) Emulsi (fase terdispersi
cair)
Emulsi adalah system
koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair. cara terjadinya emulsi
ini adalah dua jenis zat cair itu tidak saling melarutkan. Emulsi dapat
digolongkan dalam 2 bagian, yaitu : emulsi minyak dalam air dan emulsi air di dalam
minyak. Dalam hal ini minyak diartikan sebagai semua zat cair yang tidak
menyatu dengan air. Contoh emulsi minyak dalam air: santan, susu, kosmetik
pembersih wajah, dan latex. Contoh emulsi air dalam minyak: mayoneis, mentega,
minyak bumi dan minyak ikan. Beberapa bentuk emulsi:
a)
Emulsi
padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat
Contoh: Jelly, keju, mentega, nasi
Contoh: Jelly, keju, mentega, nasi
b)
Emulsi
cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair
Contoh: susu, mayones, krim tangan
Contoh: susu, mayones, krim tangan
c)
Emulsi
gas adalah emulsi dalam medium pendispersi gas
Contoh: hairspray dan obat nyamuk
Contoh: hairspray dan obat nyamuk
4)
Buih (fase terdispersi gas)
Buih adalah system
koloid dari gas, yang terdispersi dalam zat cair. seperti halnya dengan emulsi,
untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih, misalnya sabun, detergen, dan
protein. Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas kedalam zat cair yang
mengandung pembuih.
Buih digunakan pada berbagai
proses misalnya buih sabun dalam pengolahan logam, pada alat pemadam kebakaran,
dll. Ada kalanya buih tidak dikehendaki. Zat-zat yang dapat mencegah dan
memecah buih antara lain: etter, isoamil alcohol, dll. Beberapa bentuk Buih:
a. Buih padat adalah buih dalam medium pendispersi padat
Contoh: Batu apung, marshmallow, karet busa, Styrofoam
b. Buih cair adalah buih dalam medium pendispersi cair
Contoh: putih telur yang dikocok, busa sabun
- Untuk pengelompokan buih, jika fase terdispersi dan medium pendispersi sama-sama berupa gas, campurannya tergolong larutan
a. Buih padat adalah buih dalam medium pendispersi padat
Contoh: Batu apung, marshmallow, karet busa, Styrofoam
b. Buih cair adalah buih dalam medium pendispersi cair
Contoh: putih telur yang dikocok, busa sabun
- Untuk pengelompokan buih, jika fase terdispersi dan medium pendispersi sama-sama berupa gas, campurannya tergolong larutan
5) Gel
Gel adalah koloid yang
setengah kaku antara padat dan cair. contoh: agar-agar, lem kaji, selai,
gelatin, gel sabun dan gel silica. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang zat
terdispersinya mengadsorpbi medium dispersinya, sehingga terjadi koloid yang agak
padat.
3.
Sifat – Sifat Koloid
1) Efek Tyndall
Efek
Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel
koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek
tyndall ini ditemukan oleh John
Tyndall
(1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut
efek tyndall.
Efek
tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat
larutan disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan
cahaya, sedangkan pada sistem koloid cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi
karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar
untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati,
partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit
dan sangat sulit diamati.
2)
Gerak Brown
Gerak
Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus
tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah
mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan
bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown.
Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat
bersifat acak seperti pada zat cair dan gas( dinamakan gerak brown), sedangkan
pada zat padat hanya beroszillasi di tempat ( tidak termasuk gerak brown ).
Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel
akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri.
Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel
cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga
terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel
sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin
kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Demikian
pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang
terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan
dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair dengan zat padat
(suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem
koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel
medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase
terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu
sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
3) Adsorpsi
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan muatan oleh
permukaan-permukaan partikel koloid. Adsorpsi terjadi karena adanya kemampuan
partikel koloid untuk menarik (ditempeli) partikel-partikel. Hal ini disebabkan
oleh adanya tegangan permukaan koloid yang cukup tinggi sehingga bila ada
partikel yang menempel akan cenderung dipertahankan pada permukaannya.
Bila
partikel koloid menyerap ion positif maka koloid tersebut akan bermuatan
positif dan sebaliknya. Partikel koloid dapat mengadsorpsi bukan hanya ion atau
hanya muatan listrik tetapi juga zat lain yang berupa molekul netral.
Beberapa contoh
pemanfaatan sifat adsorpsi koloid, antara lain:
-
Penyembuhan
sakit perut atau diare dengan serbuk karbon atau oralit.
-
Serbuk
karbon atau oralit di dalam usus dapat membentuk system koloid yang mampu
menyerap atau mengadsorpsi dan membunuh bakteri-bakteri patigen.
-
Penjernihan
air dengan tawas: Larutan tawas akan
membentuk koloid Al(OH)3 yang akan mengadsorpsi kotoran kotoran
sehingga terjadi gumpalan yang akan mengendap.
-
Pernjernihan
cairan Tebu pada pembuatan gula pasir menggunakan tanah diatoma dan arang
tulang agar warna gula pasir menjadi putih.
4) Elektroforesis
Partikel-partikel
koloid umumnya bermuatan sehingga dapat dipengaruhi oleh medan listrik. Apabila
kedalam sistem koloid dimasukkan sepasang elektroda yang dihubungkan dengan
sumber arus listrik searah, maka partikel-pertikel koloid akan bergerak ke
elektroda-elektroda tersebut. Partikel koloid yang bermuatan positif akan
menuju katoda (elektroda negatif) dan partikel yang bermuatan negatif akan
menuju anoda (elektroda positif). Pada kedua elektroda ini partikel koloid akan
dinetralkan. Peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan
menggunakan arus listrik disebut elektroforesis.
Telah disinggung pada pembahasan sebelumnya, elektroforesis merupakan peristiwa
pergerakan partikel koloid yang bermuatan ke salah satu elektroda dalam suatu
sistem sejenis elektrolisis.
Elektroforesis
dapat digunakan untuk mendeteksi muatan suatu sistem koloid. Jika koloid
bergerak menuju elektroda positif maka koloid yang dianalisa mempunyai muatan
negatif. Begitu juga sebaliknya, jika koloid bergerak menuju elektroda negatif
maka koloid yang dianalisa mempunyai muatan positif. Salah satu proses yang
menggunakan sistem elektroforesis adalah proses membersihkan asap dalam suatu
industri dengan menggunakan alat Cottrell. Penggunaan elektroforesis tidak
hanya sebatas itu, melainkan meluas untuk memisahkan partikel yang termasuk
dalam ukuran koloid, antara lain pemisahan protein yang mempunyai muatan yang
berbeda.
5) Koagulasi
Koagulasi
adalah Partikel-partikel koloid yang bersifat stabil karena memiliki muatan
listrik sejenis. Apabila muatan listrik itu hilang , maka partikel koloid
tersebut akan bergabung membentuk gumpalan. Proses penggumpalan partikel koloid
dan pengendapannya disebut Koagulasi.
Koagulasi pada koloid disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
a) Peristiwa mekanis, yang
disebabkan pemanasan, pendinginan, dan pengadukan. Proses tersebut akan
mengurangi jumlah ion atau molekul air disekitar koloid sehingga partikel koloid
satu dengan lainnya akan bergabung membentuk partikel yang lebih besar, selanjutnya
partikel ini akan mengendap.
b) Peristiwa kimia, yakni
dengan menambahkan zat-zat kimia atau zat-zat elektrolit.
·
Pencampuran
koloid yang berbeda muatan.
Bila system koloid bebrbeda
muatan akan dicampurkan akan terjadi koagulasi, kemudian kedua partikel koloid
saling menetralkan.
·
Penambahan
elektrolit.
Koloid yang bermuatan
ion postif (kation), sedangkan koloid yang bermuatan positif akan menarik ion
negatif (anion). Ion-ion tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua. Apabila
kedua selubung itu dekat, maka selubung itu akan menetralkan muatan koloid
sehingga terjadi koagulasi. Makin besar muatan ion makin kuat daya
tarik-menariknya dengan partikel koloid, sehingga makin cepat terjadi
koagulasi.
Beberapa contoh
koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan industry:
o
Pembentukan
delta di muara sungai terjadi karena koloid tanah liat (lempung) dalam air
sungai mengalami koagulasiketika bercampur dengan elektrolit dalam air larut.
o
Karet
dalam lateks digumpalkan dengan menambahkan asam format.
o
Lumpur
koloidal dalam air sungai dapat digumpalkan dengan menambahkan tawas. Sol tanah
liat dalam air sungai biasanya bermuatan negatif, sehingga akan digumpalkan
oleh ion Al3+ dari tawas (alumunium sulfat).
o
Asap
atau debu dari pabrik/industri dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik
dari Cottrel, Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan
melalui ujung-ujung logam yang tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000
sampai 75.000 volt). Ujung-ujung yang runcing akan mengionkan molekul-molekul
dalam udara. Ion-ion tersebut akan diadsorbsi (penyerapan) oleh partikel asap
dan menjadi bermuatan. Selanjutnya, partikel akan tertarik dan diikat pada
electrode yang lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak digunakan dalam industri
untk dua tujuan, yaitu mencegah polusi udara oleh buangan beracun atau
memperoleh kembali debu yang berharga (misalnya debu logam).
4. Kestabilan Koloid
Koloid
kurang stabil bila dibandingkan dengan larutan. Beberapa cara dapat dilakukan
untuk mengatur tingkat kestabilan koloid sehingga dapat digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
1) koloid pelindung
adalah
koloid yang ditambah kedalam sistim koloid agar menjadi stabil. Cara kerja
koloid pelindung adalah dengan membentuk lapisan disekeliling partikel koloid
yang dilindungi. Misalnya penambahan gelatindalam bentuk es krim untuk mencegah
pembekuan Kristal besar es atau gula. Koloid pelindung pada emulsi disebut
emulgator, tujuan penambahan zat ini untuk menjaga agar zat pendispersi dan zat
terdispersi tidak mudah terpisah. Misalnya penambahan sabun kedalam campuran
minyak dan air atau penambahan ammonia dalam pembuatan emulsi pada kertas film.
2) Dialisis
Dialisis
adalah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu. Prinsip dialisis atau
pemisahan koloid dari ion-ion penganggu ini didasarkan pada perbedaan laju
transport partikel. Proses Dialisis Koloid sangatlah sederhana. Koloid
yang akan didialisis dimasukan kedalam sebuah kantong yang terbuat dari selaput
semipermeabel. Jika kantong berisi koloid tersebut kemudian dimasukan ke dalam
sebuah tempat berisi air yang mengalir, maka ion-ion penganggu akan menembus
selaput semipermeabel bersama air dan yang tinggal selaput semipermeabel
hanyalah koloid yang telah dimurnikan.
Contoh
paling mudah dari proses dialisis koloid adalah proses pencucian darah bagi
pasien gagal ginjal. Gagal ginjal adalah penyakit dimana ginjal tidak berfungsi
dengan baik. Dalam tubuh, ginjal berfungsi sebagai alat dialisis darah.
Dimana didalam ginjal dilakukan penyaringan dan pemisahan darah dari zat-zat
yang penganggu dan bahan buangan lainnya. Jika ginjal tidak berfungsi dengan
baik, maka diperlukan alat buatan yang dapat mendialisis darah secara buatan
dengan alat yang disebut mesin pencuci darah atau mesin Dialisator.
5. Pembuatan Sistem Koloid
Karena
ukuran partikel koloid terletak antara partikel larutan sejati dan larutan
suspensi, maka koloid dapat dibuat dengan 2 cara, yaitu cara kondensasi dan
disperse.
1) Cara
kondensasi
Kondensasi adalah
cara pembuatan koloid dari partikel kecil (larutan) menjadi partikel koloid.
Proses kondensasi ini didasarkan atas reaksi kimia; yaitu melalui reaksi
redoks, reaksi hidrolisis, dekomposisi rangkap, dan pergantian pelarut.
a)
Reaksi Redoks
Contoh
-
Pembuatan sol belerang dari reaksi
redoks antara gas H 2S dengan larutan SO2. Persamaan
reaksinya: 2 H 2 S (g) + SO 2 (aq)
→2 H 2 O (l) + 3 S (s) sol belerang
-
Pembuatan sol emas dari larutan AuCl
3 dengan larutan encer formalin (HCHO). Persamaan reaksinya:
2 AuCl 3(aq) + 3 HCHO (aq) + 3H 2
O (l) → 2 Au (s) + 6HCl (aq) + 3 HCOOH
(aq) sol emas
b)
Reaksi Hidrolisis
Contoh:
-
pembuatan sol Fe(OH) 3
dengan penguraian garam FeCl 3 Persamaan reaksinya adalah:
mengunakan air mendidih.
FeCl 3 (aq) + 3 H 2 O (l)
→ Fe(OH) 3 (s) + 3 HCl ( aq) sol Fe(OH)
3
c)
Reaksi Dekomposisi Rangkap
Contoh
-
Pembuatan sol As 2 S
3, dibuat dengan mengalirkan gas H 2 S dan asam arsenit (H
3 AsO 3 ) yang encer. Persamaan reaksinya:
2 H 3 AsO 3 (aq) + 3 H 2 S (g)
→ As 2 S 3 (s) + 6H 2 O (l)
sol As 2 S 3
-
Pembuatan sol AgCl dari larutan AgNO
3 dengan larutan NaCl encer. Persamaan reaksinya: AgNO 3 (aq)
+ NaC1 (aq) → AgCl (s) + NaNO 3 (aq) Sol AgCl
d)
Reaksi Pergantian Pelarut
Contoh: pembuatan sol
belerang dari larutan belerang dalam alkohol ditambah dengan air. Persamaan
reaksinya:
S (aq) + alkohol + air → S (s) Larutan S sol belerang
e)
Cara Mekanik Fisika
Cara ini dilakukan dengan menurunkan kelarutan zat terlarut
dengan cara mengubah pelarut atau dengan mendinginkan pelarut. Contoh : sol
belerang dalam air dapat dibuat dengan melarutkan belerang dalam alkohol,
kemudian larutan yang terjadi diteteskan ke dalam air sedikit demi sedikit.
Selain itu juga dapat dibuat dengan jalan melarutkan serbuk belerang ke dalam
air panas, kemudian didinginkan sehingga akan terbentuk sol.
2) Dispersi
Dispersi adalah pembuatan partikel koloid
dari partikel kasar (suspensi). Pembuatan koloid dengan dispersi meliputi: cara
mekanik, peptisasi, busur Bredig, dan ultrasonik.
a)
Proses Mekanik
Proses mekanik adalah
proses pembuatan koloid melalui penggerusan atau penggilingan (untuk zat padat)
serta dengan pengadukan atau pengocokan (untuk zat cair). Setelah diperoleh
partikel yang ukurannya sesuai dengan ukuran koloid, kemudian didispersikan ke
dalam medium (pendispersinya). Contoh, pembuatan sol belerang.
b)
Peptisasi
Peptisasi adalah
cara pembuatan koloid dengan menggunakan zat kimia (zat elektrolit) untuk
memecah partikel besar (kasar) menjadi partikel koloid. Contoh, proses
pencernaan makanan dengan enzim dan pembuatan sol belerang dari endapan nikel
sulfida, dengan mengalirkan gas asam sulfida.
c)
Busur Bredig
Busur Bredig ialah
alat pemecah zat padatan (logam) menjadi partikel koloid dengan menggunakan
arus listrik tegangan tinggi. Caranya adalah dengan membuat logam, yang hendak
dibuat solnya, menjadi dua kawat yang berfungsi sebagai elektrode yang
dicelupkan ke dalam air; kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua ujung
kawat. Logam sebagian akan meluruh ke dalam air sehingga terbentuk sol logam. Contoh,
pembuatan sol logam.
d)
Suara Ultrasonik
Cara ini hampir sama dengan cara busur Bredig, yaitu
sama-sama untuk pembuatan sol logam. Ka1au busur Bredig menggunakan arus
listrik tegangan tinggi, maka cara ultrasonik menggunakan energi bunyi dengan
frekuensi sangat tinggi, yaitu di atas 20.000 Hz.